Monday, October 3, 2011

English and Biz:Demografi adalah masa depan yang telah terjadi. - Peter Drucker-

Keyword:
- DEMOGRAPHY PUNYA DAYA PREDIKSI PASAR YG HANDAL SAMPAI 30-40 TAHUN KEDEPAN .

Demografi adalah masa depan yang telah terjadi. - Peter Drucker-

Profesor Hans Rosling dari Karolinska Institute, sebuah keynote speaker di Forum kami Investor CLSA ke 18 minggu lalu (presentasi dapat didownload pada halaman forum arsip clsa.com), memberikan jawaban atas pertanyaannya sendiri: Asia naik bagaimana? cepat dan kapan? sekarang. Dia melanjutkan untuk menggali lebih dalam demografi global.

Kebijaksanaan lama aspiring orang-orang bisnis adalah mengikuti uang. Kebijaksanaan baru dari Prof Rosling adalah mengikuti orang-orang dan uang akan datang.

Dikotomi tradisional antara negara-negara Barat dan berkembang hanya sedikit relevansi. Dalam setiap wilayah ada perbedaan yang signifikan dari penghasilan yang memerlukan strategi bisnis yang unik bagi maksimalisasi keuntungan. Pemahaman demografi sangat penting karena, tidak seperti disiplin ilmu lainnya, DEMOGRAPHY PUNYA DAYA PREDIKSI YG HANDAL SAMPAI 30-40 TAHUN KEDEPAN .

Prof Rosling terutama menunjukkan bahwa Indonesia akan berada di antara negara-negara untuk mendapatkan keuntungan dari 'hadiah demografi' berikutnya karena LOW DEPENDENCY RATE.

Ekonom Tony Nafte dalam lembaran hari ini - Infofax menunjukkan bahwa DEPENDENCY RATE didefinisikan sebagai rasio dari mereka yang tidak dalam angkatan kerja TERHADAP mereka yg didalam angkatan kerja (15-64 tahun kelompok usia). 48% pada tahun 2010 dan masih tren turun sampai 2030, Indonesia lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan, menggarisbawahi prospek untuk pasar konsumen berkembang didorong oleh kelas menengah yang muncul.

Selain perusahaan-perusahaan konsumen yg jelas mendapat manfaat dari karunia demografis. Dalam jangka panjang, pendapatan, demografi dan pembentukan rumah tangga menentukan arah pasar real estat. Harga rumah akan naik seiring dengan pendapatan rumah tangga. Selama abad 20 yg mengaum, penduduk Amerika perkotaan naik hampir 15m yang memicu periode kegilaan real estate di seluruh negeri. Sebagai perbandingan, booming real estate Indonesia ini masih hanya pada tahap sangat awal.

Tetapi bahkan lebih penting, Indonesia telah menempatkan banyak penekanan pada pendidikan. Tingkat melek huruf 95% adalah yang tertinggi kedua di Asia (Cina memiliki posisi teratas). Selanjutnya, pemerintah akan memperkenalkan program 12 tahun wajib belajar pendidikan dasar untuk semua anak tahun depan (saat ini 9 tahun). Menteri Pendidikan telah mengusulkan proyek percontohan.

Govt juga akan meningkatkan jumlah penerima beasiswa untuk lulusan SMA SMP dan mempersiapkan dana sekolah bantuan untuk 6.7mn siswa SMA. Menempatkan lebih banyak uang ke dalam pendidikan membuat banyak akal (Pemerintah sudah mengalokasikan 20% dari anggaran tahunan ke dalam pendidikan selama beberapa tahun terakhir). Sedangkan tingkat melek huruf yang tinggi di Indo, pendidikan tinggi masih di luar jangkauan bagi banyak orang Indonesia.

Google translation dari :

Demography is the future that has already happened. - Peter Drucker-

Professor Hans Rosling from Karolinska Institute, a keynote speaker at our 18th CLSA Investors Forum last week (presentation can be downloaded on the forum archive pages of clsa.com), provided the answer to his own question: Asia rising how? fast and when? now. He proceeded to dig more deeply into global demographics.

The old wisdom for aspiring business people was to follow the money. The new wisdom from Prof Rosling is to follow the people and the money will come.

The traditional dichotomy between Western and developing countries has little relevance. Within any region there is a significant divergence of income which requires unique business strategies for profit maximization. An understanding of demography is essential since, unlike other scientific disciplines, it has reliable predictive power 30 to 40 years into the future.

Prof Rosling notably pointed out that Indonesia will be among the countries to benefit from the next 'demographic gift', a reference to its low dependency rate.

Economist Tony Nafte in his piece today - Infofax points out that the dependency ratio is defined as the ratio of those not in the labour force to those in the labour force (15-64 yr age group). At 48% in 2010 and still trending down until 2030, Indonesia compares favorably with other countries in the region, underlining prospects for an expanding consumer market spurred by the emerging middle class.

Other than the obvious consumer companies that benefit from our demographic gift. Over the long term, income, demographics and household formation determine the direction of the real estate market. Home prices will rise in line with household income. During the roaring twenties, Americas urban population rose by nearly 15m which spurred a period of real estate frenzies across the country. By comparison, Indonesias real estate boom is still only at a very early stage.

But even more importantly, Indonesia has been putting a lot of emphasis on education. Literacy rate of 95% is the second highest in Asia (China has top spot). Furthermore, the government is about to introduce a 12-year compulsory basic education program for all children next year (currently 9 years). The Education Minister has proposed the pilot projects.

The govt would also raise the number of scholarship recipients for junior high school graduates and prepare school aid funds for 6.7mn senior high school students. Putting more money into education makes a lot of sense (Government is already allocating 20% of the annual budget into education for the last several years). While the literacy rate is high in Indo, high education is still out of reach for many Indonesians.

No comments:

Post a Comment