Thursday, June 10, 2010

Petunjuak utk FA

Kang Bagus,

Posting ini selain BAGUS juga MASIH bisa dicerna oleh orang awam meskipun engga pernah ngitung DCF karena pada posting ini kang Bagus menulisnya dalam bahasa Populer yg masih bisa dimengerti oleh orang kebanyakan...

Masuk arsip posting BAGUS nih... Thanks...

Note:
- Compound = Bunga berbunga
- Contoh modal 1000, bunga 10% menjadi 1100 thn 1, 1211 thn ke 2 dst.

Yang pernah ikut MBA Finance, embah jamin engga akan dapet materi kuliah SEDALAM yg kang Bagus postingkan.

Kendala posting Kang Bagus ada 2:
1. Level member OB sangat beragam
2. Bahasa Kang Bagus

Point 1, kita serahkan ama masing2 member untuk mengUpgrade diri.
Point 2, kita mengharapkan sekali Kang Bagus menggunakan bahasa populer TANPA mengurangi ISI/MATERI. Buat embah posting kang Bagus hari ini bisa embah cerna, biasanya embah cuman garuk garuk kepala.. hehehe..
------------------------------------------------------------------------------------

PER is old-school my friend... cenderung naif bila tanpa liat cashflow. PE telkom dibawah 12 tp free cash nya?.

good business with compund free cash abilities over 15% yearly is rarely found kecuali di Indonesia., saham mahal anda beli di PER 16 saat ini bisa jadi anda dapat Free Cash setara 10% di 2 tahun mendatang.. dan pertanyaan mengenai forward free cash level sekaligus adalah pertanyaan mengenai keyakinan masa depan Indonesia, saya setuju dibuat simpel, yg gak percaya Indonesia bisa pacu akselerasi pertumbuhan bisa stay away dan tunggu barang di level PE yg dia mau, saya lebih suka pegang sebagian saat ini krn dr kacamata asing sih punya bisnis di Indonesia sangat appealing.

ASII mahal? iya agak mahal induknya. cek sum of parts parsial nya. cek ASGR, AUTO, UNTR. lihat compound ability nya.

yg ke 2, kesalahan fatal yg nyoba FA yg pake trik PER doang.

tanya pemilik astra, mereka tawarin penjualan block 25% saham mereka aja di harga PE 16 sekarang kalo gak banyak yg ikut tender.

as a business, ASII sekarang di PE 16, tp apakah owner nya mau jual ?.

konyol kalo me reverse translasi PE dengan asumsi 50% setahun. poinnya bukan itu, saya setuju ASII gak murah. tp tahu kenapa fund asing pada beli sampe keangkat di level segitu ? as a business, dengan size sebesar itu, perusahaan yg bisa jamin minimum compunding abilites 8% by say 10 taun ke depan hanya astra. kata kunci nya "JAMINAN". saya yakin compound abilities ASII paling jelek 8% paling enggak 10 taun ke depan.

forward looking multiple hanya justified jika visibilitasnya tinggi dan untuk astra visibilitasnya amat tinggi.

yg laen? banyak bro.

PGAS, kalo supply udah beres, compound abilities nya bisa diatas 10 taun dengan rate diatas 15%.

INDF?. sama keliatan mahal sekarang karena bundle, ada yg ngeh sama rencana brilian dia IPO Segmen makanannya?. INDF per agak tinggi karena gabungan dr segmen agri dan makanan. dan sebagian besar gearingnya ada dr sektor perkebunan. segmen makanan indofood kalo dipisah PE nya bisa terlihat kompetitif sekali dibanding peers consumer di IHSG (UNVR, MYOR). kalo ini bisa di IPO kan dia raup dana segar gede, sekaligus unlock valuasinya. sekaligus lunasin gearing di sektor perkebunannya dengan realisasi proceeds IPO segmen konsumen. thus nanti earning bisa loncat. apa yg terlihat di PE 15 saat ini sebenarnya PE 10 dengan tingkat visibilitas amat tinggi 1 tahun ke depan.

SMGR?. that kind of margin, that kind of cash, that kind of market and demand.meaning that kind of compounding abilities. how could it be expensive?.

FA bukan sekedar PER., infact, FA juga bukan sekedar fancy DCF dan EVA dan Market Valuation dan semacamnya.

FA pada hakikatnya adalah buying a business at a decent price. emphasis tertinggi FA adalah assesment terhadap bisnis. baik nyari bisnis yang bagus ato nyari bisnis yg jelek dalam proses menjadi bagus. baru dibandingkan terhadap harga dan valuasi. valuasi untuk cari downside protectionnya.

FA-ers justru harusnya fokus pada cara identifikasi dan assesment business factor. fancy DCF works only in college, dunia nyata lebih penting pemahaman terhadap bisnis, pemahaman terhadap DCF berguna untuk secara cepat memproses berita terhadap harga.

saya harus bilang terdengar konyol kalo reverse Growth ASII dr given multiple nya hanya untuk 1 tahun ke depan. kita ahrus tau dulu karakteristik bisnisnya. sama kaya anggep PTBA mahal karena PE nya implied growth harus 30% tahun ke depan. kata owner PTBA, To Hell, Deposit gw masih bisa 100 taun lg. screw 1 year growth. kata ownernya kalo gw mo bikin income gw kecil karena 3 taun ini gw mo spend hefty capex dan itu capex mo gw biaya-kan drpd kapitalisasikan gimana ? (which implied lower income 3 years going tapi makin visible realisasi value jangka panjang).

sama kaya BUMI, 3 kali lagi jual aset bisa aja earning loncat dan PE jadi kecil, tp di free cash negatif gede krn gak ada kas masuk dan kas keluar banyak. would u own it? as a business?. as a fractional ownership partner w the major holders?.

tanya Bos Astra mereka tentu gak percaya growth 50% setahun, tp tanya 8% compound 10 taun dia yakin gak?. tanyain berani placement ke pasar di harga sekarang gak? jangankan placement, Right Issue aja deh. saya berani cabut bid obligasi telkom saya buat beli saham astra kalo emang mau dijual secara blok. kalo di pasar sih segini emang agak mahal yah. kalo secara blok saya ragu jardine rela lepas astra di harga segini.

jika 50% dr angka 10 adalah 15 di tahun depan.
8 % compound 10 taun kedepan dari angka 10 adalah 21.5
dan ini guaranteed minimumnya. downsidenya. riil nya minimum 12 % bahkan kalo GDP Indonesia expand bisa 15% selama 5 taun ke depan.

anda mau beli SBI terus 10 taun ke depan? kalo bursa tutup 10 taun dan saya gak boleh ngapa2in sampe 10 taun lagi dan saya dikasih pilihan beli astra di multiple saat ini dan beli SUN 10 taun saya clearly pilih beli astra.

ato jangan astra nya. AUTO aja, amazing compounding abilities selling at quite lovely multiple.

ASII emang gak bargain, tapi mahal ya enggak lah. justru peluangnya masuk di anak2nya. sum-of parts nya.

kesalahan terbesar FA enthutiast is they think that FA is only about PE and(or) Fancy DCF. totally wrong. yg jauh lebih penting assesment business. baru abis itu valuasi.

seriously pak, investor jarang yg cuman liat single indicator PE aja buat mutusin invest. prosesnya panjang, tp setelah proses panjang itu dilakukan dan kita teryakinkan. investor yg ambil posisi biasanya gak keberatan posisi sahamnya down temporary. 2-3 taun holding period minimal, unless fundamental dan reasoning ada yg berubah. biasanya investor gak terlalu khawatir. asal ya itu udah lewat proses telaah yg panjang.

kalo murah berdasar parameter apa? kenapa alesannya kok dia bisa dihargai murah? book value nya isinya apa? cashflownya gimana? debt level? past business performance?, industrynya under pressure gak? marginnya under pressure gak? kompetitor gimana? performance relatif sama kompetitor gimana? cash managementnya gimana? re-investment policynya gimana? owner nya bertindak pada behalf minority shareholder gak? ada hidden nasties gak? etc etc.

boring dan melelahkan mungkin buat banyak temen disini., buat saya disini justru menariknya, saya betah di industri ini justu karena saya melakukan hal ini tiap hari., dan digaji pula. we FA-ers play detective exactly like these everytime, go for facts and finding. dan kalo kita udah ambil posisi berdasarkan convictionnya mo turun dulu jg gapapa. as long as reasoning dan FA nya gak berubah.

kita juga gak ngincer untung yg terlalu masif, asal resiko terjaga, dan bisa konsisten 5-6% diatas Benchmark ya udah lumayan.

emm mungkin maksud pak faizal tuh growth 50% adalah growth minimum ASII kalo mau justified di multiple saat ini (dari say 15 harus jadi 10 mungkin) ini sih sah sah aja buat yg berpandangan seperti itu.

tapi buat saya sih ASII tidak berharga hanya 1-2 tahun ke depan tapi lebih ke compound ability nya yg impresif sebagai bisnis. analis yg valuasi ASII di tahun 2005 akan sampai di terminal value ASII di tahun di 2010 dan paling banter asumsiin continuing growth 6%, nyatanya sampai saat ini ASII masih bisa compound slightly diatas 10%. siapa yg tau kalo saya pake DCF dan asumsi terminal ASII di 2015 padahal di 2015 pun ASII masih bisa compound diatas 10% akrena ternyata ekonomi dan income perkapita Penduduk Indonesia terkaselerasi amat sangat bagus.

tapi sedikit banyak saya ngerti kok maksudnya pak faizal, ASII agak kemahalan emang. tapi secara bisnis mungkin enggak, lah yang angkat ASII ke atas 40000 itu bukan FM lokal kok. FM asing. buat kita keliatan mahal makanya pada gak berani ambil terus (termasuk saya) tapi buat asing ini proxy yg sangat menarik buat growth-story indonesia. makanya dibeli terus.

masing-masing gaya., aja. sharing buat sama sama berbagi ilmu dan pandangan.

Konsensus Bloomberg Rp 272 untuk EPS 2011 untuk 2012 mungkin gak beda jauh. idea nya untuk forward adalah capture pada saat siklus berbalik aja.

anggep lah bener konsensus tercapai maka 10 X normalized earning jadi Aproximasi nilai bisnis perseroan.

next nya tinggal entry point preferensi bapak.

bapak required MOS berapa ?. makin yakin ama industri dan bisnis timah makin rendah required MOS nya. makin gak yakin ya minta makin tinggi MOS buat entry nya.

tambahan untuk commodity mungkin di cek hutang VS net worth asset nya. pada kasus dimana harga komoditas mendekati cost produksi dia, cek cash per share nya berapa. dan level cash itu bisa nahan kondisi cash-burn berapa tahun kalo kondisi memburuk?.

tapi ya tetep aja untuk komoditi kadang agak sulit ambil posisi hanya dari earning, umumnya yg maen adalah yg siap bet jangka panjang dan yakin sama nilai aset perusahaannya. misal net woth nya 2500 tapi dijual dibawah booknya yg 2500 itu mungkin ya itu udah level aman bener buat masuk. asal siap nunggu lama (siklus balik) dan resiko bangkrut kecil (hutang gak banyak, yg jadi masalah cuman low profitability aja, contoh inco, tins, antm itu hutang kecil tp memang kalo ekonomi down profitabilitas rendah, jadi asal siap nuunggu lama siklus balik beli di deket level cash per share ato di deket ato dibawah book nya harusnya aman dan menarik untuk jangka panjang)

beda, visibilitas itu maksudnya gini.
ada 2 perusahaan yg bilang dia bisa naikkin produksi dan penjualan berlipat ;
perusahaan a punya track record know-how yg bagus, investasi dan kapasitas infrastruktur yg bagus, serta komitmen yg tinggi. serta fleksibilitas keuangan dan credit worthiness yg tinggi untuk pinjaman.

perusahaan b udah struktur neraca jelek, peralatan dan infrastruktur jelek, know-how kurang krn manajemennya pada dicabutin.
maka visibilitas growth dan business value perusahaan a diatas perusahaan b.
ini termasuk juga intel atas industri.

industri yg lagi berkembang punya visibilitas yg lebih baik dr industri yg lagi bunuh-bunuhan krn persaingan. visibilitas industri semen lebih baik dari visibilitas industri telco. jadi kalo saham semen ada yg bilang expect laba naik 20 % tahun depan ini lebih visible dr misalnya ada perusahaan telco yg bilang hal yg sama.

feasibilitas project2 expansi juga termasuk diantara faktor visibilitas tadi. perusahaan a bilang laba saya akan naik 2 kali lipat krn habis akuisisi yg ini nanti IRR nya tinggi. etc etc. ini bisa dibandingkan visibilitasnya dengan perusahaan b yg bilang labanya akan naik tapi dari peningkatan kapasitas produksi internal di level biaya yg sudah terukur. visibilitasnya beda, yg 1 lebih mudah dilihat yg satu masih harus ditebak dan ditunggu konfirmasinya.

kadang faktor visibilitas ini jadi hal yg penting. saham a dengan tingkat visibilitas growth lebih tinggi dan terpercaya menjadi lebih menarik meski say PE-F nya 14 dibanding saham sebelahnya yg PE-F nya 10 tapi pertumbuhannya di derived dari story fantastis yg perwujudannya belun terlalu convincing.

tugas analis adalah mastiin sotry mana yg visibilitasnya bagus dan engga, kemudian di reverse balik ke harga. apakah sudah tercermin di valuasi apa belum.

Nah Kalo Ini Udah Dijabarin Lengkap ama kang hanif... Catet deh ya buat yg laen, nongkrong di OB lebih bisa men-cetak analis drpd ikut kelas MBA Finance. ;P

iya intinya gaya munger deh. kalo bisnis nya emang bagus dan visible (dan setelah di invert dengan pertanyaan2 ternyata tetap baik, btw munger terkenal sangat tajam dan teliti untuk invert skenario2 sebelum pastiin posisi) harga nya cukup reasonable maka kalo ada kesempatan ya inisiasi posisi udah boleh. gak harus pas nebak bottom. schloss, buffet, klarman jarang juga beli pas di bottom, sering malah nyangkut setaun-2 taun tapi cuek cuek aja tuh nantinya juga kalo emang bisnisnya bagus dan dibeli di harga layak ya biasanya thesisnya bakal jalan juga...

cuman beda nya, kalo yg laen2 biasanya bilang FA cuman cek PE doang, kalo yg FA bener cek semua dr mulai bisnis, arus kas, neraca, produk, owner backgroundf, prospek industri etc.

No comments:

Post a Comment